Posts Tagged ‘Julia Perez

23
Okt
08

Poligami dan laki-laki gatal – Bagian 2

Lagu berikut ini menyentuh perasaan saya. Lagu tentang protes seorang perempuan yang suaminya mabok janda. Dan judulnya juga memang mabok janda, dinyanyikan oleh Resty. Berikut ini video beserta liriknya:

sudah mabuk minuman, ditambah mabuk judi
masih saja kakang tergoda janda kembang
tak sudi ku tak sudi

sudah banyak buktinya suami mabuk janda
lupa kasih sayang juga tak pulang-pulang
istri disengsarakan

lara hati aduh lara hati
ku bobok sendiri suami kawin lagi

sudah mabuk minuman, ditambah mabuk judi
masih saja kakang tergoda janda kembang
tak sudi ku tak sudi

goyang maaaaas……

kang ku tak rela, bila cintamu dibagi dua
kang ku tak sudi, bila kakang mau kawin lagi

judi dan minuman,masih kumaffkan
tapi mabuk janda, aku tak terima
lebih baik kita bercerai saja

sudah mabuk minuman ditambah mabuk judi
masih saja kakang tergoda janda kembang

tak sudi ku tak sudi

lara hati aduh lara hati
ku bobok sendiri suami kawin lagi

sudah mabuk minuman ditambah mabuk judi
masih saja kakang tergoda janda kembang

tak sudi ku tak sudi

kang ku tak rela, bila cintamu dibagi dua
kang ku tak sudi, bila kakang mau kawin lagi

judi dan minuman,masih kumaafkan
tapi mabuk janda, aku tak terima

masih saja kakang tergoda janda kembang
tak sudi ku tak sudi

Saya suka lagu dangdut entah itu dangdut yang kemelayu-melayuan ataupun rock-dangdut. Alasannya sederhana karena syairnya banyak yang bagus, sederhana tapi berisi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dan sering kali bernada protes. Seperti lagu di atas, yang menggambarkan keegoisan seorang suami yang sudah mabuk judi dan mabuk minuman, walaupun sudah ditenggang oleh istrinya, malah ditambah lagi dengan mabuk janda. Didalam lagu jelas digambarkan kepiluan dan kesengsaraan seorang perempuan karena sendirian dan harus tidur sendirian tanpa ditemani suami yang semestinya menemani malam-malamnya, karena suaminya berada di kamar perempuan lainnya yaitu istri baru. Lagu ini juga menyatakan protes daripada perempuan yang memilih bercerai, daripada harus menanggung malam-malam kesepian tanpa suami.

Mirip cerita Gymnastiar (alias “A’a Gym”) dan istri pertamanya. Bedanya kalau tokoh laki-laki dilagu ini mabuk janda dan mabuk minuman, Gymnastiar itu mabuk sorban arab dan mabuk motor Harley. Persamaannya yah sama-sama mabuk janda. Kalau mabuk judi dan minuman kita tidak tahu, kalau berdasarkan keterangan pribadinya sih mungkin tidak, tapi siapa tahu. Laki-laki gatal penipu seperti Gymnastiar tidak layak untuk dipercayai kata-katanya. Satu lagi perbedaannya adalah kalau tokoh perempuan dalam lagu ini, meminta cerai, istri Gymnastiar berusaha menegar-negarkan dirinya, entah karena termakan tipuan surga yang dijanjikan seorang laki-laki gatal penipu seperti Gymnastiar, atau karena desakan ekonomi sebagai perempuan tidak bekerja yang sudah memiliki anak tujuh dan sudah tidak menarik lagi untuk bisa mencari laki-laki lainnya.

Kisah yang dilantunkan di dalam lagu ini melambangkan kenyataan yang dihadapi banyak perempuan di Indonesia, yang harus berhadapan dengan laki-laki tidak tahu diuntung yang tahunya hanya mabuk. Entah itu mabuk judi, mabuk minuman atau mabuk perempuan lain. Bagi perempuan Minangkabau, apabila mereka diperlakukan buruk oleh suami mereka, mereka mendapat dukungan penuh dari keluarganya untuk bercerai. Setelah bercerai, mereka akan diberikan dukungan untuk segera kawin lagi, agar tidak harus hidup dan bobok sendirian. Kalau tidak bisa mencari sendiri, maka akan dicarikan suami baru oleh pihak keluarga. Mereka tidak perlu takut tidak memiliki tempat tinggal, karena rumah keluarga akan selalu terbuka untuk mereka, dan karena semua perempuan Minangkabau mandiri dan memiliki mata pencaharian sendiri yang membuat mereka tidak tergantung kepada pihak laki-laki.

Perempuan Jawa dan Sunda serta perempuan-perempuan lainnya harus menemui nasib malang ketika suami mereka berlaku seenaknya. Mereka harus menelan mentah-mentah penderitaan karena harus bobok sendirian, harus mau di-dua-kan, karena ketakutan tidak bisa menghidup diri mereka sendiri atau karena ketakutan dipandang rendah oleh masyarakat dikarenakan status jandanya. Menjadi janda dalam filsafat Jawa yang sangat kental pengaruh Hindunya adalah sesuatu yang sangat terhina.

Penyanyi lagu mabok janda ini di mata saya mempunyai tempat terhormat daripada istri-istri Gymnastiar atau Rhoma Irama atau Hamzah Haz atau Puspo Wardoyo atau Sukarno yang hanya bisa menghamba pada laki-laki dan hanya memiliki sikap pasrah dan tidak mau bekerja untuk menghidupi diri sendiri.

Baju sang penyanyi yang bernama Resty ini berwarna merah, warna darah yang melambangkan kehidupan. Goyangannya yang seksi melambangkan kegairahann hidup dan seksualitas yang merupakan sumber kehidupan. Di video di atas bisa juga disaksikan goyang seorang laki-laki berbaju kuning di panggung, yang juga bergoyang dengan sangat seksi. Bisa kita lihat di sini bahwa baik laki-laki dan perempuan di Indonesia bergoyang dengan seksi. Dan hal itu bukan suatu kebetulan. Sebelum kelompok-kelompok fasis Islam mulai menguasai kehidupan masyarakat, hubungan kasih dan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia adalah bukan hal terlarang. Seks atau urusan kelamin adalah perlambang kehidupan, perlambang dilanjutkannya keturunan manusia.

Bukan hubungan badan dan kasih sayang antara laki-laki dan permpuan yang normal dan alamiahlah yang layak diperangi oleh “orang-orang Islam” Indonesia, melainkan perilaku tidak normal, tidak alami, menyakitkan dan merendahkan pasangan, serta perilaku seks biadab lainnyalah yang perlu dihindarkan seperti pemerkosaan, pelacuran, pedofili/pederasty, harem/poligami, homoseksualitas, incest (hubungan seks terhadap keluarga sendiri). Hal ini juga selayaknya ditanggulangi tidak dengan cara fasisme Islam yang sedang berlangsung sekarang terhadap tubuh perempuan seperti melarang, menghujat, menghakimi, memakai kekerasan, dan hal-hal lain yang serupa, melainkan dengan dicari akar masalahnya dan bagaimana pemecahannya yang baik.

MUI dan orang-orang DPR/MPR di bawah Hidayat Nur Wahid melancarkan “perang” yang salah. Mereka melancarkan perang terhadap tubuh perempuan, terhadap buah dada perempuan dan bagian-bagian tubuh perempuan lainnya yang merupakan perlambang kehidupan, karena berfungsi untuk meneruskan keturunan, baik dalam hubungannya dengan anak maupun dalam hubungannya dengan laki-laki.

Hidayat Nur Wahid dan MUI sampai sekarang bungkam dan santai-santai saja terhadap perilaku seksual yang aneh-aneh seperti homoseksulitas di kalangan laki-laki yang berbentuk pederasty di kelompok homoseksualitas Ponorogo yang dikenal sebagai Warok dengan pasangannya dari lelaki remaja/di bawah umur yang dikenal dengan istilah gemblak, ataupun kelompok-kelompok homoseksual (terutama kaum laki-laki) di Indonesia yang bisa bebas berkeliaran dan “hidup bersama”, tanpa harus pusing-pusing dengan hukum yang sedang digodok oleh orang-orang pembenci tubuh perempuan di DPR/MPR. Dari sini sudah terlihat jelas apa yang dimusuhi oleh Hidayat Nur Wahid, MUI dan kelompok pembenci perempuan lainnya, yaitu tubuh perempuan dan hubungan kasih sayang yang alami dan tidak menindas antara laki-laki dan perempuan.

Juga terlihat jelas apa yang sedang didukung oleh Hidayat Nur Wahid, MUI dan geng pembenci tubuh perempuannya yaitu perilaku menyimpang homoseksualitas di kalangan laki-laki. Mereka bisa bebas, sebebas-bebasnya melakukan aktivitas seksual mereka tanpa ada halangan dari masyarakat. Karena semua mata memandang dengan benci ke tubuh Julia Perez. Sementara itu kelompok laki-laki bebas berasyik-masuk dengan laki-laki lainnya. Indonesia sudah mulai menjadi neraka bagi perempuan dan para kekasih yang mencintai lawan jenis dan menjadi surga bagi kaum homoseksual laki-laki.

Bagaimana menghindari pemerkosaan, pedofili/pederasty, pelacuran, incest, harem/poligami dan homoseksualitaslah yang harus diusahakan dengan cara yang baik tentunya dan tidak dengan cara-cara fasis Islam, dan bukannya melarang terlihatnya tubuh perempuan yang sejak berjuta-juta tahun yang lalu yah begitu-begitu saja bentuknya, tidak berubah, sama saja, siapapun perempuannya. Tidak ada yang aneh dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Buah dada, pinggul, pantat dan vagina adalah bagian-bagian tubuh perempuan yang melambangkan kehidupan, bukan untuk dicaci, bukan untuk dibenci ataupun diberi pandangan menistakan melainkan pandangan sayang dan hormat.

Akan dibawa ke manakah Indonesia oleh orang-orang pembenci tubuh perempuan dan pembenci perilaku seksual yang alami dan normal ini?




April 2024
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Blog Stats

  • 238.871 hits